时间:2025-05-23 16:23:49 来源:网络整理 编辑:焦点
JAKARTA, DISWAY.ID --Dengan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang kembali menghantam negara quickq io官网
JAKARTA,quickq io官网 DISWAY.ID --Dengan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang kembali menghantam negara Indonesia, sejumlah Ekonom serta Pengamat Ekonomi menilai bahwa situasi ini menandai Indonesia tengah menghadapi persoalan struktural yang jauh lebih dalam daripada yang terlihat.
Menurut Pengamat Kebijakan Publk dan Ekonomi I Dosen FEB UPNVJ I Eks-OECD Advisor for Indonesia, Freesca Syafitri, masalah yang terjadi bukan hanya sekadar disrupsi teknologi saja, namun juga soal negara yang gagal membangun ekosistem digital yang adil dan sehat.
“Krisis kali ini beda kelas dari 1998. Dulu kita tumbang karena tekanan moneter dan utang luar negeri. Sekarang? Kita remuk dari dalam,bukan karena kekurangan uang, tapi karena kehilangan arah. Ini bukan sekadar krisis ekonomi, ini krisis identitas, kita nggak tahu sebenarnya mau jadi negara seperti apa,” jelas Freesca ketika dihubungi oleh Disway, pada Kamis 8 Mei 2025.
BACA JUGA:Bisnis Ritel di Indonesia Berjatuhan, Hippindo Buka Suara
BACA JUGA:Dipuji Natalius Pigai, Dedi Mulyadi Tak Mau Buru-buru Jadikan Pendidikan Ala Wamil Jadi Program Nasional
Melanjutkan, Freesca juga menambahkan bahwa masalah utama dari krisis ini tidak terletak dari gejolak global atau ketidakpastian eksternal semata.
Justru, krisis ini merupakan cermin dari pilihan-pilihan domestik yang gagal menempatkan inovasi, produktivitas, dan keberlanjutan sebagai inti pembangunan nasional.
“Subsidi masih condong pada sektor yang tidak berorientasi masa depan, anggaran riset jauh dari memadai, dan sektor media, pilar utama literasi public, mulai tumbang oleh tekanan ekonomi,” jelas Freesca.
Menurut Freesca, saat ini Indonesia sedang berdiri di persimpangan sejarah: bertahan di zona nyaman ekonomi pasif, atau melompat menjadi kekuatan baru berbasis inovasi dan produktivitas.
Namun, dirinya menilai bahwa lompatan tidak bisa terjadi jika kita terus membungkam krisis dengan euforia dan narasi normatif.
BACA JUGA:Pemprov Jabar: 272 Siswa Nakal Telah Dikirim ke Barak Militer
BACA JUGA:Natalius Pigai Apresiasi Program Wamil Dedi Mulyadi: Songsong Indonesia Emas 2045
“Dibutuhkan keberanian kolektif untuk merobek selimut ketidaknyamanan dan mengakui bahwa krisis kali ini adalah sinyal untuk menata ulang ulang fondasi,” pungkas Freesca.
艺术中心设计学院专业介绍2025-05-23 15:56
ui设计去哪里留学?2025-05-23 15:21
人体写生还在对着镜子画自己?2025-05-23 15:21
Doa Akhir Ramadhan, Sambut Hari Kemenangan Idulfitri 20242025-05-23 15:05
Pejabat The Fed Sebut Ada Peluang Penurunan Suku Bunga di 20252025-05-23 15:01
ui设计去哪里留学?2025-05-23 14:28
Hattrick Pelemahan KPK: dari Gelapnya Kasus Novel hingga Revisi UU KPK2025-05-23 14:02
FOTO: Penampakan Lembah Harau Mirip Desa Konoha Naruto2025-05-23 14:01
Catat! Girik Tidak Akan Berlaku Lagi di Tahun 2026, Begini Kata Kementerian ATR/BPN2025-05-23 13:58
Gila! Kasus Positif Covid2025-05-23 13:55
视觉传达设计专业介绍2025-05-23 16:22
美术生出国留学利和弊分析!2025-05-23 15:52
欧洲艺术留学四大优势解读!2025-05-23 15:35
KPPU Panggil Sejumalh Perusahaan terkait Dugaan Pelanggaran M&A2025-05-23 15:09
Sujud Syukur, Kasus Covid2025-05-23 14:56
Anies Tidak Cuma Bicara Manis, Buktinya...2025-05-23 14:42
Tak Terima, dr Rizky Ungkap Fakta di Balik Pemecatannya oleh Kemenkes2025-05-23 14:41
室内设计出国留学,英美院校你选哪个?2025-05-23 14:20
伦敦大学学院硕士申请条件解析2025-05-23 13:47
日本最好的艺术类大学是哪几所?2025-05-23 13:44